Tekanan – tekanan yang terjadi di Dunia ini karena adanya wabah pandemic – 19 membuat beberapa Negara ingin berencana membuat kebijakan untuk mencetak uang, hal ini menjadikan salah satu solusi yang mungkin bisa ditanggulangi dan dapat dilakukan pemerintah dalam sebuah negara.
Awal kemunculan wabah pemerintah di beberapa negara nampaknya akan mencetak uang , dengan tujuan untuk menanggulangi permasalahan ekonomi yang berada di Indonesia atas dampak virus Corona (Covid – 19).
Bahwa kebijakan tersebut dinilai sebagai solusi alternatif untuk dapat tercapainya likuiditas yang dibutuhkan pada negera saat sekarang. Hal – hal yang perlu diperhatikan apabila uang yang beredar cukup tinggi dan banyak. Berikut yang terjadi jika uang beredar dalam jumlah banyak.
Akibat Jumlah uang Beredar Terlalu Banyak
- Terjadinya Inflasi Tinggi
Banyaknya uang yang beredar dan tak dapat dikendalikan, terlebih jika ditambah dengan pencetakkan uang yang dalam jumlah besar akan mengakibatkan terjadinya krisis dapat memicu Inflasi yang tinggi, karena dapat meyebabkan nilai uang itu berkurang sehingga mengakibatkan harga – harga dalam suatu negara melambung sangat tinggi.
Pada catatan sejarah hal tersebut terjadi di era Soekarno presiden pertama Indonesia saat mencetak uang rupiah dalam jumlah besar untuk proyek – proyek besar dan monumental seperti Monas, Gelora Bung Karno, sampai kawasan Hotel Indonesia.
Hal ini akan terjadi keparahan yang panjang jika tidak diberhentikan dalam menambah atau mencetak uang, sementara nilai permintaan baik produksi barang atau jasa semakin berkurang sehingga kenaikan harga barang dan jasa secara pasti dapat membumbung tinggi.
Kenaikan harga apablia hanya terjadi pada satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebuah peristiwa inflasi terkecuali bila kenaikan tersebut dapat meluas pada barang – barang yang lainnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Stastistik (BPS) , sejauh ini nilai inflasi ditekan dan dapat menurun di angka 2.72 % pada ahun 2019, dimana tahun 2005 mencapai angka yang lumayan tinggi 17.11 %.
Persentase tersebut masih dalam jangkauan Inflasi ringan dan sedang. Apabila inflasi berat sekitar pada titik 30% – 100 % sedangkan jika menjangkau > 100 % per tahun disebut Hiperinflasi.
- Terjadinya Nilai Tukar Anjlok
Sudah kita ketahui bersama bahwa nilai mata uang tertinggi adalah Dollar poundsterling dan Dollar US yang di Amerika Serikat ini yang paling bisa diterima di dunia.
Nilai tukar mata uang asing sangat dipengaruhi jumlah mata uang yang telah beredar. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh kondisi politik yang mengakibatkan dampak secara langsung mata uang asing terhadap mata uang rupiah.
Seperti halnya ada kegiatan periode pemilihan umum, pemilu dapat menyebabkan potensi yang besar menimbulkan kekacauan, para pemilik dana lebih cenderung mencari aman terhadap dana – dana mereka.
Konflik dalam negara yang dapat menimbulkan kerusakan pada aset – aset yang ada baik pemerintah dan non pemerintah. Ketidakpastian secara politik dan sosial yang stabil secara langsung dapat menganggu kondisi perekonomian, sehingga nilai mata uang rupiah akan turun. Sebab secara nilai mata uang, negara kita Indonesia tidak diakui sebagai mata uang yang dipakai secara global.
- Resesi Ekonomi Yang Berdampak pada Krisis Moneter
Dalam perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara – negara lain di Dunia. Saat ini perekonomian di Negara kita Indonesia sangat bergantung sekali dengan kondisi perekonomian yang ada di Negara Amerika Serikat dan Negara Cina.
Apablia salah satu negara yang disebutkan tadi mengalami krisis moneter yang terjadi karena adanya harga aset mengalami penurunan nilai yang tajam, banyak terjadi bisnis dan konsumen yang tidak dapat membayarkan tagihan hutangnya, sampai pada lembaga – lembaga keuangan mengalami likuiditas, dan kehancuran di pasar saham.
Faktor eksternal yang diakibatkan dari dampak krisis ekonomi di negara AS maupun Cina memang tidak separah yang terjadi jika di dalam negeri mengalami krisis ekonomi sendiri yang pernah terjadi pada tahun 1997 – 1998 berakibat lengsernya presiden Soeharto.
- Terjadinya Pemberhentian Hak Karyawan Besar – Besaran
Terjadinya PHK besar – besaran dipicu oleh lemahnya daya beli konsumen masyarakat terhadap produk/jasa yang mengakibatkan perusahaan rugi dalam berproduksi yang sia – sia karena adanya inflasi nilai mata uang dari banyaknya uang yang beredar di masyarakat.
Sehingga imbasnya pun berujung pada kebijakan pengurangan karyawan. Selain hal tersebut seorang investor juga memandang hal itu sebagai resiko tinggi jika menanam sahamnya di sebuah perusahaan yang rentan akan Pemberhentian Hak Karyawan secara besar – besaran sampai pada menarik modal investasi yang sudah di tanamkan di Indonesia.
Demikian beberapa kondisi – kondisi yang akan terjadi apabila uang yang beredar terlalu massif dan banyak di masyarakat, sehingga akan terjadi situasi – situasi ekonomi yang sudah disampaikan diatas.