Home Perencanaan Sejarah Singkat Terkait Inflasi

Sejarah Singkat Terkait Inflasi

by Mas Abadi

Menjelang pertengahan abad ke-17 terjadi kegilaan di tengah masyarakat Belanda. Mereka tergila-gila pada tanaman tulip dan rela menukarnya dengan aset properti yang mahal. Harga umbi bibit tulip melambung jauh dari harga riilnya. Bahkan  harga sebuah tulip setara dengan 10 kali lipat pendapatan per tahun seorang kelas menengah di sana.

Demam ini berlangsung lebih dari setahun dan mengalami petaka kemerosotan harga begitu cepat pada tahun 1637. Terjadi kepanikan di masyarakat setelah sebelumnya mereka rela menukar aset berharganya seperti rumah demi sebuah tulip, tiba-tiba mereka kesulitan menjualnya dan harganya menjadi begitu rendah.

Fenomena sosial-ekonomi ini sering disebut dengan Tulip Mania dan menjadi pelajaran berharga hingga menjadi metaforik bagi fenomena melambungnya nilai barang hingga menyimpang jauh dari nilai intrinsiknya.

Apa Itu Inflasi?

Kenaikan harga barang dan jasa yang melambung terus menerus karena tingginya permintaan seperti yang terjadi pada Tulip Mania dikenal sebagai inflasi. Menurut Bank Indonesia sendiri, inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam periode waktu tertentu.

Hal itu menyebabkan penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Kecenderungan ini menyebabkan terganggunya stabilitas ekonomi negara. Meski begitu, tidak setiap kenaikan nilai barang dan jasa dikategorikan sebagai inflasi, kecuali jika kenaikan itu meluas dan mempengaruhi barang lainnya. Salah satu dampak yang umum biasa dirasakan dari inflasi adalah daya beli masyarakat menjadi menurun.

Beberapa Inflasi Besar yang Tercatat dalam Sejarah

  • Revolusi Perancis (1795)

Inflasi besar pernah melanda Perancis pada masa Raja Louis XVI hingga mengalami keruntuhan ekonomi dan menyebabkan terjadinya Revolusi Perancis. Hal ini dipicu oleh keterlibatan Perancis dalam mendukung perang Revolusi Amerika. Raja Louis XVI menggelontorkan dana besar demi perang tersebut hingga Perancis terlilit hutang dan mengalami keruntuhan ekonomi.

  • Jerman (1923)

Akibat kalah dalam Perang Dunia Pertama, Jerman terlilit hutang demi memulihkan negara-negara yang dirugikannya. Pemerintahnya mengambil kebijakan pencetakan uang baru. Langkah ini justru keliru karena justru menyebabkan nilai mata uangnya merosot. Inflasi ini mengakibatkan masyarakatnya menderita karena harga barang pokok naik dua kali lipat setiap 3 hari. Saking tidak berharganya nilai uang, banyak masyarakat yang menunjukkan protes dengan membakar uang.

  • Hungaria (1945)

Paska Perang Dunia Kedua, Hungaria dipaksa membayar kompensasi karena berada di pihak yang kalah. Selain itu dampak fisik perang juga menghancurkan negara ini sehingga kehilangan hampir setengah kekayaannya. Inflasi ini tercatat sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah. Harga barang pokok meningkat 2 kali lipat setiap 15 jam.

  • Zimbabwe (2008)

Inflasi Zimbabwe terjadi akibat dampak kebijakan reformasi pertanahan 9 tahun sebelumnya. Pengambilalihan tanah pertanian milik petani kulit putih kepada penduduk mayoritas berkulit hitam justru menyebabkan krisis pertanian. Selain itu pada tahun 1998 Zimbabwe juga terlibat perang dengan Kongo sehingga teritimpa sanksi dari Amerika dan Eropa. Saking buruknya inflasi, masyarakat di sana tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup karena harga bahan pokok naik 2 kali lipat setiap 25 jam. Hal ini juga menyebabkan krisis air bersih dan listrik yang berkepanjangan.

  • Venezuela (2013)

Masih lekat diingatan kita beberapa tahun yang lalu berita di televisi memperlihatkan orang-orang di Venezuela menukarkan bertumpuk-tumpuk uang hanya untuk membeli segulung tisu.

Kini kondisi inflasi di negara itu mulai membaik. Tahun lalu pemerintahnya mengambil kebijakan redenominasi dengan menghapuskan 6 digit angka nol dibelakang mata uangnya.

Penyebab inflasi ini sendiri dikarenakan merosotnya harga minyak. Ekonomi Venezuela sendiri memang sangat tergantung dengan bisnis minyak. Selain itu kondisi politik yang buruk juga memperparah kondisi ekonominya sehingga terpuruk sejak tahun 2013.

Inflasi Besar di Indonesia

  • Era Orde Lama

Semenjak merdeka Indonesia beberapa kali tercatat pernah mengalami inflasi besar. Yang paling besar terjadi di pengujung Orde Lama tepatnya tahun 1966 yang mencapai angka 136%. Hal ini menyebabkan krisis ekonomi besar hingga merembet kepada kondisi sosial dan politik. Pada tahun itu juga presiden Soekarno mundur dan menjadi akhir dari Era Orde Lama.

Penyebab dari inflasi waktu itu adalah karena semenjak merdeka pemerintah masih fokus pada kebijakan politik sehingga kebijakan untuk mengendalikan ekonomi makro masih belum matang. Pada situasi krisis ini kepercayaan kepada rupiah menurun akibat masih rendahnya sektor produksi tetapi pemerintah justru tidak mengontrol pencetakan uang, hingga akhirnya terjadilah inflasi.

  • Era Orde Baru

Pada tahun 1998 inflasi besar kembali terjadi bukan hanya menyebabkan krisis ekonomi semata, namun juga memperburuk situasi sosial dan politik. Puncak krisis dipengaruhi oleh krisis moneter regional yang terjadi di Asia sehingga menyebabkan ketidakpercayaan investor pada beberapa negara di Asean. Indonesia adalah yang paling parah menderita krisis ini.

Penyebab utama inflasi ini sendiri diantaranya karena anjloknya rupiah. Hanya dalam waktu setahun nilai tukar rupiah turun hingga 600 persen. Selain itu membengkaknya hutang luar negeri dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah juga melatarbelakangi krisis ini. Puncaknya Indonesia menerima paket solusi dari IMF untuk mereformasi keuangan. Paket solusi ini berujung kegagalan karena menyababkan kehilangan nasabah dan membuat krisis keuangan semakin besar.

You may also like