Deru ekonomi global yang menyusut di masa pandemi memaksa banyak bisnis terpaksa tutup. Tidak heran, jika banyak orang harus rela untuk kehilangan penghasilan atau mata pencaharian. Mengingat kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik.
Banyak orang yang mulai berinvestasi di reksadana yang dianggap relatif mudah dan berisiko rendah. Investor baru mayoritas memilih untuk berinvestasi di reksadana, karena memiliki keunggulan lebih dibandingkan sarana investasi lainnya.
Meski memiliki keuntungan yang banyak, masih ada begitu banyak orang lebih memilih untuk berinvestasi dalam bentuk deposito dibanding dengan reksadana. Tidak perlu bingung, karena sebelum melakukan investasi reksadana, Anda harus tahu terlebih dahulu keuntungannya.
Reksadana bebas pajak
Perbedaan pertama antara reksadana dengan deposito ada pada return atau imbal hasilnya. Dimana keuntungan reksadana berasal dari perkembangan/ pertumbuhan nilai aktiva dalam portofolio, sedang deposito diperoleh dari bunga yang mana bunga bank adalah objek pajak.
keuntungan yang diberikan oleh reksadana tidaklah berasal dari objek pajak, karena itu profit investasinya tidak akan dipotong pajak. Kemudian, untuk bunga deposito pastinya akan dikenakan pajak sebanyak 20%. Jadi, kesimpulannya bila Anda berinvestasi di reksadana, maka Anda tidak akan dibebani dengan pajak.
Modal yang dibutuhkan untuk memulai reksadana tidaklah besar
Banyak investor yang mengatakan bila untuk berinvestasi di reksadana membutuhkan modal besar, mulai dari jutaan hingga puluhan bahkan ratusan rupiah. Padahal kenyataannya untuk memulai investasi pada instrumen ini tidaklah besar, sekarang ini melakukan investasi menggunakan reksadana Anda hanya membutuhkan modal mulai dari 10 ribu hingga 100 ribu rupiah saja.
Berbeda dengan deposito yang mengharuskan Anda mempersiapkan modal cukup besar, yaitu 5 juta atau 15 juta pada setoran awalnya. Tentunya dengan perbedaan inilah yang membuat banyak investor pemula yang memilih reksadana sebagai investasinya. Apalagi instrumen ini sekarang sangat mudah untuk dibeli secara online.
Potensi keuntungannya jauh lebih tinggi
Sebelum Anda memutuskan untuk berinvestasi di reksadana, pastinya muncul pertanyaan mengenai imbal hasilnya? Apakah dengan modal yang Anda setorkan bisa menghasilkan imbal hasil yang besar atau akan merugi? Reksadana sendiri, keuntungan rata-ratanya bisa mencapai hingga 4% s.d 5% per tahunnya.
Di mana uang yang Anda investasikan bahkan dapat dikelola kembali sehingga saat kondisi sedang bagus, perolehan keuntungan yang bisa didapatkan tentunya akan semakin besar. Lalu bagaimana apabila Anda berinvestasi pada instrumen deposito? Imbal hasil yang akan diberikan oleh deposito kepada nasabahnya hanyalah sekitar 4% sampai 5% per tahunnya.
Selain itu seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa deposito merupakan objek pajak, maka Anda akan dikenakan pajak pertahun serta biaya administrasi yang mana Hal ini menyebabkan perolehan keuntungan hanya sekitar 3% hingga 4% saja.
Kemudian, imbal hasil yang didapatkan dari deposito juga tergantung pada berapa lama Anda menempatkan modal serta jumlah uang yang disetorkan di awal. Contohnya, guna memperoleh return 4 sampai 5% saja paling tidak Anda harus menanamkan modal investasi tersebut minimal 1 tahun dengan jumlah setoran awal sebesar 50 juta.
Likuiditasnya tinggi dan jangka waktunya lebih fleksibel
Selanjutnya adalah mengenai likuiditas ini adalah salah satu yang harus Anda perhatikan ketika berinvestasi selain imbal hasil. Likuiditas sendiri artinya adalah kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban untuk dibayarkan dengan aset yang mereka miliki. Jadi, semakin tinggi likuiditasnya, akan semakin cepat investor memperoleh hasil investasi saat akan mencairkan.
Reksadana sendiri lebih dikenal karena likuiditasnya yang tinggi serta resikonya yang rendah. Kemudian Reksadana bersifat fleksibel dari sisi jangka waktu. Investor memiliki kebebasan dalam mencairkan dana pada jenis instrumen investasi ini kapan saja, Anda tidak terikat dengan kontrak bagaimana bila melakukan investasi pada deposito.
Karena saat Anda memutuskan untuk berinvestasi pada deposito, akan ada kontrak yang isinya mengenai jangka waktu atau lamanya Anda menyimpan dana di Bank guna memperoleh atau menikmati hasil dari investasi tersebut.
Jangka waktu yang ditawarkan oleh bank kepada investor atau nasabahnya ketika mereka memutuskan untuk menyimpan dana yang dimiliki mulai dari 1 bulan hingga 1 tahun. Apabila Anda menarik dana tersebut sebelum waktu yang telah ditentukan biasanya akan dikenakan sanksi atau denda sebesar 2% dari modal yang ditanamkan.
Karena hal tersebut juga membuat banyak investor pemula yang lebih memilih untuk berinvestasi pada Reksadana dibandingkan deposito sebab walaupun model yang ditanamkan kecil, tetapi mereka tidak terikat dengan kontrak ataupun waktu. Sehingga ketika mereka membutuhkan dana darurat tidak harus menunggu lama untuk dicairkan.
Demikianlah informasi mengenai imbal hasil antara Reksadana dengan deposito. Dengan adanya artikel ini tentunya Anda bisa melihat mana yang lebih besar dan lebih menguntungkan hasilnya, setelah itu apabila Anda tertarik untuk berinvestasi Anda sudah tahu pada jenis instrumen mana yang cocok dengan profil risiko Anda.